userberrygood

#KENALAN


Azriel beranjak masuk ke dalam cafe, wangi kopi masuk ke dalam indra penciumannya, musik yang tenang dan suara dari para pelanggan di cafe membuat Azriel merasa sedikit gugup.

Azriel duduk di depan dimana panggung musik live akan berlangsung.

“Oke tenang, lo cuma kenalan disini, masih nanti tesnya” Azriel mencoba menenangkan dirinya yang sedikit gugup.

Band yang tengah bersiap untuk tampil naik keatas panggung kecil cafe, seseorang melihat kearahnya Itu pasti bang Tama, tapi kok dia yang pegang drum? – pikirnya.

“Terima kasih telah menikmati penampilan dari kami Hiraet Band, terima kasih juga buat Bang Hesa, Bang Saka, juga Bang Tama yang setia bersama gue cielah hahaha” Setelah sang vokalis berkata seperti itu masing-masing dari mereka mulai turun kebawah panggung.

Seseorang menghampiri Azriel yang asik meminum minuman yang ia pesan.

“Lo Azriel kan? Gue Tama” ucapnya sambil menghadiahi Azriel senyum yang lebar

“Eh, iya bang gue Azriel” Azriel mengangguk lucu

“Udah siap buat hari ini? lo kenalan dulu ya sama anggota lain, yuk” Tama mengajak Azriel untuk menuju meja lain yang pastinya sudah ada member band yang tadi ia lihat.

“Guys, lihat gue bawa siapa, lo nyamanin diri dulu oke mereka ga bakal gigit gue jamin hehe” ucap Tama sambil mempersilahkan Azriel duduk

“Widih, ini calon drummer yang lo ceritain itu tam?” tanya cowok yang berkulit putih pucat dengan rambut silver blonde dan diberi anggukan oleh Tama

“Lo kayaknya satu sekolah sama pacarnya Bang saka ya? anak Belift School” tanya yang berambut biru gelap

“Widih adek kelas gue dong hahaha” yang berambut merah menyauti

“Kenalin semua gue Azriel, panggil iel kalo kepanjangan, dan iya gue anak Belift School kelas 11 hehe” ucapnya kikuk

“Santai aja jangan kaku begitu, gue Sayaka panggil gue Saka aja” ucap cowok berambut pirang itu

“Gue Dewa, satu angkatan sama lo jadi ga perlu panggil pake embel-embel kak” ucap yang berambut biru

“Panggil pake adek aja sih kalo dia hahaha” ucap Tama

“Bang Tama, gue cuma beda 2 tahun sama lo jangan panggil gue adek, geli” muka Dewa terlihat kesal

“Gue Mahesa, lo pasti udah diceritain Tama tentang gue yang mau resign dari band karena sibuk kuliah, dan gue alumni anak Belift School juga” yang berambut merah angkat bicara

“Oh oke salken bang Saka, Dewa, bang Hesa gue harap gue bisa keterima disini hehe” Azriel memberi senyuman kepada mereka

“Waduh kalo itu gue belum bisa pastiin, tergantung main drum lo gimana dulu” ucap Mahesa

“Bang lo mah jangan nakut-nakutin” Saka memukul lengan Mahesa, yang dipukul hanya memberikan kekehan.

“Gue boleh tanya sesuatu? Kenapa band kalian cari drummer baru, padahal gue lihat mainnya bang Tama bagus”

“Oh itu..” Tama menyesap minumannya “Gue mau pindah jadi bassist, iya gue gantiin bang Hesa, karena sebenernya gue lebih jago di bass daripada drum”

“Sebenernya apa yang lo ga bisa dah bang” Dewa merotasikan matanya malas

“Dapetin hati gebetannya HAHAHAHA” ucap Saka

“HEH KURANG AJAR LO SEMUA, eh Azriel lo jangan ikutan ketawa!!” ucap Tama kesal saat ia melihat Azriel tertawa

“Bagus dong kalo dia ketawa, tandanya dia gampang berbaur sama orang walaupun awalnya canggung” ucap Dewa

“Jadi gimana? ke studio sekarang?” tanya Mahesa

“Kuy dah langsung”

“Let's go!”

“Ayo dah”

dan kelima anak adam tersebut pergi meninggalkan cafe edelwise.

#RUANGMUSIK


Krieett

Suara pintu terbuka masuk kedalam telinga kedua anak adam tersebut, mereka pun menoleh ke sumber suara.

“Masuk sini, tutup tuh pintu biar adem” ucap Zafier

“Oalah lo berdua disini tuh mau ngadem doang??? gue kira ngapain” Abby menyeruput susu yang tadi telah dibelinya di kantin

“Ga juga sih” Azriel menyauti

“Gue mau pinjem ruang musik sekalian pinjem drumnya, gue mau latihan drum buat seleksi band nanti malem”

“Gue tau lo memang jago man drum, tapi gue ga bakal nyangka lo bakal gabung band” Zafier mencomot satu jajanan Abby yang dihadiahi tatapan maut oleh sang pemilik.

“Sebenernya gue dari dulu udah ada rencana masuk band sekolah, tapi ga tau kenapa ga jadi, akhirnya ya gue cari yang diluar aja hahaha” Azriel tertawa, ia pun membenarkan posisi duduknya sebelum mulai bermain.

Azriel memakaikan headphone di telinganya dan ia pun mulai bermain, pukulan demi pukulan yang dilakukannya sangat ritmis dan berirama, azriel menyelesaikan satu lagu dengan tempo yang pas, hadiah tepukan tangan juga diberikan olehnya dari kedua temannya.

“Perasaan lo udah lama ga megang drum tapi kaya skill lo ga bakal hilang” ucap Abby

Zafier mengangguk setuju, “Bener, lo udah dua tahunan kan ga pegang drum, tapi gue rasa lo emang ga bisa lepas dari drum, gue yakin sih gue bakal kepilih malam ini, good luck sob”

“Thanks guys, sebenernya gue udah coba pegang drum lagi akhir-akhir ini, studio gue dirumah juga udah berdebu gara-gara lama ga gue pake” Azriel memutar stik drum yang di genggamnya

“Eh, kalo lo ga keterima kita buat band sendiri aja” usul Abby

“Emang bisa lo?” tanya Zafier dengan tatapan ragu

“Loh gue bisa main gitar, lo bisa main bass, ntar yang nyanyi si juen aja”

“Ide bagus, tapi kita ini band abal-abal doang hahaha”

“Boleh sih, kapan-kapan aja main ke studio gue, kebetulan alat band gue masih lengkap” ucap Azriel menatap keduanya

“Sip, keren dah” Abby tersenyum puas

#KITA


Suara gesekan biola yang memenuhi ruang teater usang menciptakan gema yang sangat merdu, melodi yang dimainkan terdengar tegas dan sedikit menyayat hati.

Tampak seorang lelaki berdiri diatas panggung memainkan biola itu dengan lihai, jari-jari tangannya berpindah memainkan chords yang sesuai, raut wajahnya terlihat sangat mendalami permainan biola itu, tanpa disangka seseorang yang sedari tadi memperhatikannya masuk ke dalam ruang teater tersebut, duduk diantara kursi penonton yang berdebu hanya untuk melihat sang pemain biola.

Gesekan terakhir telah selesai, sang pemain membuka matanya tampak satu bulir air mata yang turun entah mengapa sang menonton juga dapat merasakan emosi yang dikeluarkan.

Wow, aku bahkan tak tau kau bisa bermain biola sebagus ini, permainanmu sungguh berkembang sejak aku pergi.” itu Azriel, lelaki jangkung yang sedari tadi diam-diam melihat penampilan biola di ruangan tersebut.

Ia beranjak dari kursinya lalu langsung memeluk sang pemain biola di atas panggung.

“K- kau... sejak kapan kau ada disini?!” yang lebih kecil melepaskan pelukan secara paksa- itu Sena, lelaki yang sedari tadi menggesekkan biolanya dengan lihai sehingga membentuk melodi yang indah.

“Hei tenanglah, aku ada disini sejak... sejak datang ke sekolah ini, dan aku melihat ke tempat ini. Tempat dahulu yang kita sering tempati, tempat kita berdua berbagi cerita dan tertawa bersama, tempat dimana kau akan berjanji kepadaku jikalau nanti kau akan bermain biola dengan lebih baik saat aku sembuh. Dan disinilah aku sekarang, tepat di depanmu, dengan kondisi yang lebih sehat dan juga kemampuan bermain biolamu yang meningkat”

Azriel menatap Sena dalam, ia memegang kedua lengan yang lebih kecil-

“Bukankah ini yang kau mau? Ini sudah sesuai dengan harapanmu bukan?” tanyanya tegas.

Sena memalingkan muka, ia melepas tangan Azriel

“Tidak setelah kau meninggalkanku secara tiba-tiba, tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar, kemana saja kau selama ini huh?”

Raut wajah Sena berubah menjadi suram, tampak ia sedang menahan air matanya yang sudah berada di pelupuk mata.

“Maaf.. maafkan aku, maaf aku tidak memberitahumu dahulu” Azriel tertunduk

“Maaf aku terlalu ceroboh telah meninggalkanmu tanpa ada kabar, aku pergi untuk berobat mungkin kau juga akan terkejut jika mengetahui aku collapse karena penyakitku saat itu”

Sena menghela nafas “Memang itu yang aku inginkan dahulu... Tapi untuk sekarang, aku tidak bisa menerimamu lagi Iel, karena aku... karena aku sudah punya kekasih baru...”

Sena menatap Azriel dengan mata sembabnya lalu pergi membawa biolanya keluar dari ruang teater.

“Sena... setelah penantianku selama 3 tahun.. kau meninggalkanku..” Azriel terduduk lemas, ia tidak percaya 3 tahun yang akan ia tunggu-tunggu telah hancur, ia mulai menangis dalam diam, di ruang teater yang dingin dan usang, kesedihan terpancar dari tangisannya.

END . . . . . . . . . . . . . . . . .

Tapi boong:D

“Cut!” Suara sutradara menginterupsi

“Kerja bagus Riki, sekarang istirahat dulu ya?” Ucap sang sutradara yang membuat Riki- atau Nisimura Riki berdiri dari duduknya sembari mengusap air matanya yang keluar

“Gimana tadi actingku keren ga?” tanyanya sambil menghampiri lelaki mungil berambut hitam.

“Ini kamu minta aku puji apa gimana?” Sunoo

“Eiy jangan malu gitu dong sama pacar sendiri” Riki memukul pelan lengan Sunoo

“Tapi kita udah putus, kamu ninggalin aku 3 tahun tanpa kabar huu” jawab Sunoo ketus

“Hei itu kan beda orang, bukan Riki sama Sunoo, tapi Azriel sama Sena!” protes yang lebih tinggi, kekehan kecil terdengar dari yang lebih kecil

“Hahahaha iya iya itu beda orang, biar yang jadi sad boy Azriel kalo kamu jangan jadi sad boy juga” Sunoo mencubit pipi Riki pelan

Riki tersenyum, “Ayo kita buat harapan, kalo kita bakal terus bersama- bersama sebagai Riki dan Sunoo, bukan sebagai Azriel dan Sena yang kisah cintanya berakhir tragis huhuhu”

Riki mulai berakting mengelap air matanya yang bahkan tidak keluar, senyuman lebar terukir di wajah Sunoo, keduanya berpegangan tangan sambil melihat hasil rekaman adegan sedih tadi.

END

(Ini beneran end wkwkwk)

#PULANG


Bel pulang sekolah telah berbunyi, Azriel segera bergegas menuju ke tempat yang dijanjikan tadi

12 IPS 3, 12 IPS 3, 12 IPS 3” – gumamnya sambil berjalan menulusuri koridor

“Permisi, kak Senanya ada?” terlihat kelas sudah mulai kosong, hanya terlihat beberapa siswa dan siswi disana

Pandangannya langsung tertuju pada lelaki berambut pink yang berjalan kearaahnya “Tunggu bentar ya, gue piket kelas dulu”

Azriel mengangguk dan memilih menunggu di depan kelas

“Udah nih, yuk langsung” sebuah suara masuk ke telinga yang lebih tinggi setelah beberapa menit menunggu, ia mengangguk dan langsung berjalan menuju parkiran.


Perjalanan

“Kak ini kita mau kemana dulu?”

“Hah? Gue ga makan putu”

“Kalo ke tempat pasar barang antik mau ngga? buat cari inspirasi”

“Toko pemantik? Ngapain???”

Perasaan gue ga terlalu ngebut deh.. – batin Azriel

“Toko antik kak, gue tau tempat yang bagus deket sini” Azriel menoleh ke belakang, lampu sedang merah jadi Sena bisa mendengarnya jelas

“Ohh toko antik, boleh deh kita lihat-lihat disana dulu”


Setelah berjalan beberapa menit untuk mencari inspirasi, Sena mencatat hal-hal yang menurutnya menarik mata-

“Azriel lihat, ini lucu ga sih?” Sena menunjuk globe usang bewarna beige diatas koper-koper kecil

“Iel aja for a shortnya, gue rasa lo kepanjangan kalo panggil Azriel hehe, bagus tuh nanti dibuat temanya travelling gitu” usulnya, Sena tampak terlihat berpikir lalu menuliskan sesuatu dinote kecilnya

“Usul yang bagus, gue akan simpen idenya thanks a lot!”

setelah memutari toko selama 1 jam, mereka memutuskan untuk pulang.


“Makasih udah mau bantuin gue, kayaknya kalo ngga dibantu sama lo guenya bisa repot hahaha” Sena tertawa sembari melepas helmnya

“Udah tugas gue sih, kan gue yang disuruh juga”

“Besok lo bisa nemenin gue rapat ga? rapat osis buat laporin perkembangan divisi photobooth”

Azriel termenung sebentar...

“Gue ga bisa kak, besok gue ada jadwal lain jumat sih gue bisa nanti hubungin gue aja”

“Oh yaudah gapapa, biar gue suruh anak osis yang nemenin gue, kan catetannya udah di gue semua” Sena tersenyum

“Gue balik dulu ya kak, udah terlalu sore takut dicariin hehe”

“Loh ga mau mampir dulu?”

“Ga usah kak, kapan-kapan aja, gue duluan ya kak” Azriel berjalan menghilang dari pandangan Sena dengan motornya

#DIPANGGIL


“Permisi bu..” satu suara menginterupsi Sena dan Bu Ningsih yang sedang berbincang, tampak seorang laki-laki jangkung yang datang dengan senyuman kikuk

Lah, ini kan temennya Juen yang kemarin – batin Sena

“Wah nak Rigel sudah datang, kamu kemarin sudah diberitahu Juen kan untuk ikut festival sekolah tahun ini? maaf kalo agak mendadak soalnya saya lihat banyak dari anak kelas 11 yang tidak mau ikut, jadi terpaksa saya pilih saja”

Azriel tersenyum kecut, ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal “Oh hehe iya bu kemarin saya sudah diberitahu Juen, makannya saya dateng kesini”

Kalopun gue ga dipaksa Juen ya ga mau sih sebenernya – lanjutnya dalam hati

“Nah bagus, karena kalian berdua sudah berkumpul jadi nak Sean ini partner kamu untuk ngerjain photobooth untuk festival sekolah tahun ini, semangat!” Bu Ningsih meninggalkan ruangannya

canggung, ya itulah yang dirasakan oleh keduanya...

“Um, jadi lo Azriel? kenalin gue Sena” yang lebih kecil mengulurkan tangannya

“Eh, iya kak gue Azriel jadi mau mulai darimana?” tanyanya to the point

“Kalo lo bisa hari ini sih gue juga gas, rencananya gue mau cari bahan sama inspirasi keluar gimana?”

“Kosong sih gue, habis pulang sekolah?”

Sena mengangguk “Iya abis pulang sekolah, lo ga keberatan kan?”

“Ga kok, ntar lo ikut gue aja gue bawa motor, kita pergi bareng” Azriel tersenyum

“Oke oke- eh gue balik ke kelas dulu ya ada ulangan dadakan ini” Sena terburu-buru meninggalkan Azriel

“Nanti susul gue aja di kelas gue 12 IPS 3 see you Azriel” lanjutnya sebelum benar-benar hilang dari daun pintu

Azriel menampar pipinya pelan

plak

“Jadi ini gue.... pulang bareng...”

“Kayaknya gue beneran dipelet sama kak Sena...”

#KEPIKIRAN


“Jatuh cinta... masa iya?” gumam Azriel

Matanya masih belum luput dari handphone yang dipegangnya, kata-kata Juen tadi sangat menghantuinya sampai ia terbaring di kasur kamarnya saat ini, memandangi roomchat miliknya dan Juen tadi.

Menurut Azriel itu sangan mustahil- Oh ayolah kok bisa dia bisa naksir??? atau jatuh cinta??? dengan orang yang baru ditemuinya.

“Cinta pandangan pertama, woah I think he's my love at the first sight” gumamnya setelah mencari informasi di internet, ya orang jatuh cinta memang tampak bodoh, seperti Azriel saat ini.

Wait, does it means that he's also my first love??

Ruangan kamarnya hening sejenak

“Emang gue udah boleh pacaran?”

Hadeh remaja jatuh cinta, dasar Azriel badan doang gede kayak titan tapi masalah beginian masih aja cupu.

#Kantin


Sesampainya di kantin Azriel dan Abby mencari kedua temannya di deretan kursi kantin yang sedang ramai.

“Oi Azriel” Juen memanggil mereka berdua untuk duduk bersama di bangku kantin yang sudah ada Zafier dan beberapa orang lainnya.

“Wow ramenya, eh kak derald mau traktir acara apanih!!!” itu Abby yang menyelonong duduk diantara Zaier dan Derald, Derald ga marah maklum Derald udah anggap Abby jadi adik kecilnya sendiri.

“Lo nyusahin bener, ganggu orang pacaran aja”

“Dih kok lo protes, kak Derald aja ngga protes”

“Eh udah ga usah bertengkar, ga ada apa-apa sih ini papa abis pulang dari lukot gue dikasih uang lebih jadi ya gue traktir aja kalian haha” ucap Derald

“Asik, bentar deh kak gue pesen makanan dulu, Iel lo ikut ga?” Abby memanggil Azriel yang sedang melamun(?) oh salah, dari pandangan Abby sepertinya Azriel sedang memperhatikan kakak kelas berambut merah muda yang sedang mengobrol bersama Juen dan satu orang yang sepertinya adalah teman kak Derald juga.

“Woi titan dua, lo ikut pesen makanan ga?” Abby mencubit pelan lengan Azriel

A-aw sakit anjir, apaan sih lo” Azriel yang tersadar langsung menatap marah Abby

“Lah, yaudah gue beli sendiri aja ntar keburu jam istirahatnya abis” Abby langsung meninggalkan meja kantin

“Lo kok ga ngikut Abby beli makan, lo ga mau traktiran?” Juen menoleh kearah Azriel

“Hah? oh.. lah, ABBY TUNGGU GUE ANJIR” Azriel langsung ngacir menyusul Abby.

“Lucu...” celetuk Sena

“Hah? siapa kak?” tanya Juen

“Ah engga kok, ini gambar kucing yang di hp gue lucu” Sena tersenyum kikuk.

#REMAJA


Dilihat dari sisi manapun juga Sim Jaeyun sangat indah- menurut Park Sunghoon

Cara berbicaranya yang manis juga tatapan matanya yang lembut membuat siapapun yang melihat Jaeyun secara langsung mungkin akan tertarik, tetapi ada yang lebih menarik dari itu tentu saja kali ini menurut Sunghoon (lagi)

“Bisakah kau stop mengganggu Park? Ini masih pagi “Jaeyun mendengus kesal takala Sunghoon merampas tasnya di koridor sekolah.

“Tidak ada ketentuan waktu kapan aku mau mengganggumu kan?” jawabnya dengan menunjukkan muka tengilnya.

“Hhh terserah lah, cepat kembalikan tasku atau-”

“Atau apa? Kau akan mengambilnya sendiri hahahaha, ayo coba saja kalau bisa” Sunghoon menjinjitkan kakinya supaya Jaeyun tidak bisa meraih tasnya.

“Menyebalkan, kau sangat menyebalkan” Jaeyun mendengus dan pergi meninggalkan Sunghoon yang masih asyik membawa tasnya.

Ya, Sunghoon suka jika melihat Jaeyunnya marah dan merajuk


Jam pertama kali ini guru-guru sedang mempersiapkan untuk ujian, sehingga kelas ditiadakan.

dugh

“Aw, apa-apaan ini” Jaeyun yang semula menundukkan kepalanya ke bangku menoleh kearah tasnya yang tadi dilemparkan, tentu saja oknum S yang melakukannya, tetapi anehnya tak melihat pria jangkung tersebut.

drtt drtt – diambilnya ponsel yang dari tadi bergetar di dalam tasnya

Jaeyun menoleh kearah jendela, konyol sekali pikirnya, tak sadar lengkungan tipis terukir di bagian bibirnya, ia kembali fokus mengetik ponselnya untuk membalas Sunghoon.

Sungguh- bagaimana Sunghoon bisa bertingkah aneh seperti itu, membawa kertas poster bertuliskan “Jake Sayangku Muach” di depan kelas, jika ingin mengakui Jake juga malu melihat tingkah laku kekasihnya yang sangat absurd tersebut. Mungkin memang Sunghoon suka menganggu Jaeyun, tapi Jaeyun anggap ini adalah bentuk kasih sayang yang diberikan oleh kekasihnya tersebut.


“Apa kau masih marah?” Sunghoon menghampiri Jaeyun dan masih setia membawa posternya tadi

“Aku tidak marah Park” Jaeyun mengerlingkan mata dan kembali mengambil posisi terlungkup di bangkunya.

“Oh ayolah kecil, jangan marah padaku” Sunghoon membujuk kekasihnya itu.

Jaeyun menoleh kearah Sunghoon, “Siapa yang kau panggil kecil?”

“Tentu saja kau, kekasihku yang kecil, mungil, lembut seperti boneka yang bisa aku simpan kedalam kantongku ini” Sunghoon duduk lalu memeluk gemas Jaeyunnya ini.

Hhh, Jaeyun mungkin sudah terbiasa dengan kelakuan Sunghoon yang cukup ajaib, tapi tidak dengan yang satu ini, Sunghoon mode waras adalah salah satu sumber ketidak warasannya.

“H-hoon... Kita masih dikelas” cicit Jaeyun, jangan ditanya wajahnya sekarang tengah diwarnai oleh semu merah muda dibagian pipinya.

“Hahaha gemas sekali” Sunghoon melepas pelukannya dan mencubit pelan pipi gembil Jaeyun.

“Ayo kita ke kantin, aku tau kau belum sarapan pagi ini” Sunghoon menarik lengan Jaeyun meninggalkan kelas.

“Hoon..” Jaeyun menghentikan langkahnya, membuat yang lebih tinggi berhenti dan menoleh kearahnya.

“Ya kenapa kecil?”

“Eum, tak apa aku hanya ingin bilang I love you Park” Jaeyun mengecup pipi kekasihnya dan bergegas meninggalkan Sunghoon yang masih mematung disana.

Ah, kisah kasih remaja, romansa yang memberikan euforia bagi dua insan yang sedang menjalin kasih.

END

#LDR


Jake menatap handphonenya lemat, dia masih berpikir tentang apa yang akan dilakukan “Huh, okay I'll do it”, Jake menekan profile seseorang dan menyentuh tanda telpon disana

“Halo, akhirnya kamu angkat”, suara sautan terdengar dari sebrang telepon

“Iya kebetulan ini aku lagi istirahat, what's wrong?” itu Sunghoon, Jake's boyfie.

Jake memejamkan matanya dan menghela nafas panjang, “Uh nothing wrong, I just miss you, but a little bit”

Suara kekehan terdengar dari pihak Sunghoon “Hahaha memang kapan kamu ngga kangen aku”

Jake mendengus dan terkekeh “Yeah you know I always miss you all the time”

Hening untuk beberapa saat yang cukup lama selalu saja seperti ini hei apakah ini yang selalu dilakukan orang pacaran? Oh ayolah tidak bisakah sunghoon mengatakan sesuatu kepadaku?– pikir Jake

“Oh iya hoon aku-”

“Jake maaf aku tutup dulu telponnya aku ada rapat habis ini” terdengar suara gaduh di seberang, bisa dipastikan Sunghoon lagi sibuk-sibuknya memersiapkan rapat karena dia adalah seorang Ketua Osis di sekolahnya

Jake tersenyum getir “Iya, gapapa hoon nanti aja waktu kamu luang aku ngobrolnya semangat hoon, I love you”

“Thanks jake love u more”

tuut


Jake menghela nafasnya kasar, mengapa susah sekali jika ia dan Sunghoon harus menempuh hubungan yang dibatasi oleh jarak dan waktu? Banyak pikiran yang menghantuinya selama beberapa hari ini, salah satunya tentang hubungannya dengan Sunghoon.