#I LOVE(D) YOU
Suara percikan yang terdengar dari perapian membelah heningnya malam yang dingin ini. Sunghoon dengan khidmat menikmati hangatnya cokelat panas di tangannya, ia menyesap perlahan minuman itu untuk menghangatkan tubuhnya.
Salju yang turun dengan sangat hebat diluar membuat dinginnya hari ini teramat terasa. Waktu menunjukkan pukul 11 malam tepat- 1 jam lagi sebelum pergantian hari. Sebenarnya Sunghoon sendiri sedang menunggu seseorang datang seperti tahun-tahun sebelumnya. Ya, di tanggal 8 tepatnya esok hari Sunghoon akan genap berusia 20 tahun.
Apa dia sudah lupa? – gumamnya dalam hati.
Dia mengambil ponselnya yang berada di atas meja dekat perapian, menekan nomor seseorang yang amat dikenalnya itu.
Panggilan pertama tidak dijawab, begitu pula panggilan kedua dan ketiga.
“Kemana dia, apa dia benar-benar lupa?” Sunghoon mendengus kesal, ia lalu mengambil mantel dan syal lalu memutuskan untuk menuju ke rumah tetangganya.
Kepingan salju yang deras turun menghujani sosok pria berambut silver blonde tersebut, dengan tubuh yang sedikit kedinginan ia berjalan sedikit mempercepat langkahnya menuju ke rumah bernomor 05 tersebut.
“Huh?” Sunghoon berhenti mematung saat mengintip sedikit ke jendela rumah itu, tangannya yang sudah siap mengetuk pintu ia masukkan lagi ke dalam kantong mantelnya.
Saat tubuhnya sudah berbalik dan akan meninggalkan rumah tersebut pintu tiba-tiba terbuka, seorang pria berambut hitam tampak dengan mantelnya yang bewarna hitam juga tak lupa topi beanienya yang berwarna mencolok hinggap dikepalanya.
“Oh halo kak Sunghoon! Kak Jake ada kak Sunghoon disini~” ucap Sunoo sedikit berteriak ke dalam rumah, Sunghoon sedikit kelabakan dengan perlakuan Sunoo.
“Kakak masuklah aku pulang duluan karena sudah larut oke? Have fun kak hoon!” Sunoo berlari kecil ditengah salju menuju kediamannya yang berada di seberang.
Pundak Sunghoon ditepuk pelan, ia terperanjat lalu menoleh, itu tuan rumah- Jake orang yang Sunghoon tunggu sedari tadi, lalu Sunghoon teringat akan beberapa hari yang lalu saat mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.
“Mengapa kau diam saja disana, ayo masuk udara sangat dingin diluar apa kau tidak kedinginan?” cerocos Jake yang diberi anggukan oleh Sunghoon.
Disinilah sekarang Sunghoon, di rumah dengan nuansa warna beige membuat nuansa tenang juga perapian yang menyala membuatnya terasa hangat.
Ah, rasanya masih sama seperti di tahun lalu – ucapnya dalam hati.
“Apa kau bodoh? Ini hampir tengah malam mengapa kau nekat untuk keluar disaat seperti ini?” Jake kembali dengan membawa minuman jahe dan beberapa kue kecil
“A-ah itu aku hanya... aku hanya berjalan-jalan malam saja” Sunghoon menggaruk rambutnya tak gatal.
Jake menatapnya intens, ia mengangkat alisnya “Orang waras mana yang akan memberikan alasan seperti itu”
Sunghoon menghela nafas berat, ia kalah telak.
“Ingin ku jawab dengan jawaban jujur atau bohong?” ujarnya
“Tentu saja jawaban jujur, aku tidak suka dibohongi!” Jake mengerucutkan bibirnya gemas
“Hahaha sebenarnya aku sedikit kesepian dirumah, karena itu aku datang berkunjung. Aku sudah meneleponmu tapi tidak ada jawaban” bohong- itu semua bohong, Sunghoon tidak datang karena kesepian, tapi karena ia ingin Jake menjadi orang yang pertama mengucapkannya ulang tahun sama seperti tahun lalu.
“Apa dirumahmu tidak ada orang?” Jake mengambil selimut tipisnya lalu memakaikan selimut itu ke dirinya
Imut – pikir Sunghoon.
Sunghoon menggeleng lalu tersenyum “Papa, mama, dan Yeji sedang pergi selama tiga hari, dan tugasku sekarang menjaga rumah“
“Kasihan sekali, kau seperti anak anjing yang hilang tadi hahaha” Jake menyesap pelan kopi panasnya.
Sunghoon mengambil satu kue berbentuk manusia jahe- kue khas natal yang telah Jake siapkan
“Sepertinya kau membuat persiapan natal tahun ini lebih cepat” Sunghoon melihat sekeliling ruang keluarga yang kecil, sudah penuh sengan pernak-pernik khas natal yang menggatung.
Jake mengangguk “Ya benar, aku tidak akan menghabiskan natal disini tahun ini. 3 hari lagi aku akan kembali ke Brisbane dan menghabiskan natal disana”
“Aku membuat kue dan hiasan ini karena salju mulai turun, aku pikir aku harus merayakan natal juga dengan orang-orang disini walau sedikit terlalu cepat” ucap Jake sambil mengamati kuenya sebelum ia makan.
Sunghoon terdiam, banyak sekali pertanyaan yang ingin ia lontarkan namun anehnya mulutnya seakan-akan terkunci untuk tidak bicara.
Apa ini karena aku?
Akankah ia kembali setelah natal selesai?
Apa yang harus kulakukan?
begitulah kira-kira segelintir pertanyaan yang menghinggapi pikiran Sunghoon.
Hening– hanya suara detik jam dan pembakaran api membelah ruangan yang dihuni 2 manusia adam tersebut.
Tiing
“Ah, muffinnya sudah jadi!” Jake berlari pelan menuju ke dapur meninggalkan Sunghoon sendiri disana.
Sunghoon masih bergelut dengan pikirannya, kalo boleh jujur ia masih sangat mencintai Jake namun karena beberapa hal mereka mau tidak mau harus berpisah, menyelesaikan semuanya sendiri dan kembali seperti semula.
Jake kembali dengan dua buah muffin yang masih sedikit berasap, bau muffin bluberry yang manis menguar ke seluruh ruangan.
“Apa kau jadi melanjutkan studymu di Brisbane?” Sunghoon berhasil mengeluarkan satu pertanyaan mewakili seluruh isi kepalanya.
Jake terdiam, lalu duduk di sofa nyaman di depan perapian.
“Seperti yang sudah aku katakan tempo hari Sunghoon, aku akan melanjutkan studyku dengan kembali ke Brisbane, dan ya mungkin aku akan meninggalkan Korea untuk beberapa tahun” ucapnya lembut disertai senyuman di akhir, senyuman yang terasa sedih dan perih bagi Sunghoon yang menatapnya.
Sudah banyak musim berlalu, juga berapa kenangan yang sudah Sunghoon buat bersama Jake, 2 tahun bukanlah waktu yang singkat, namun pada akhirnya takdir mengatakan salah satu dari mereka harus pergi jauh.
Dan Jake, ia tidak ingin membawa hubungan ini dengan jarak jauh karena itu akan memberatkan baginya dan Sunghoon. Ia yang menyelesaikan semua dengan cara putus sebelum ia kembali ke Brisbane.
Dong... dong... dong...
Jam besar milik Jake berbunyi, menandakan sudah tepat tengah malam.
Jake mengeluarkan sebuah benda dari laci lemari dekat perapian, kotak berukuran sedang dengan pita diatasnya- kotak khas hadiah ulang tahun.
“Selamat ulang tahun Park, be happy always walau aku nantinya sudah tidak berada di sekelilingmu” Jake memberikan kotak itu kepada Sunghoon.
Sunghoon menerima kotak itu dengan senyuman, sama seperti senyuman Jake sebelumnya tak ada senyuman tulus dan bahagia, namun malah senyuman pahit yang tersirat di wajah Sunghoon.
“Terima kasih banyak, aku kira kau sudah lupa“
“Mana mungkin aku sudah lupa, kau lupa kita sudah kenal berapa tahun” goda Jake sambil memukul pelan pundah Sunghoon
“Cepat buka!! apa kau tidak penasaran dengan isinya?” – hey siapa yang berulang tahun disini, kenapa Jake sangat bersemangat sekali??
Sunghoon membuka perlahan kotak tersebut, nampak sebuah buku- buku catatan? buku harian? yang sepertinya Jake buat sendiri khusus untuknya.
“Apa ini huh? buku harian?” Sunghoon menoleh kearah Jake
“Aish, coba baca saja bukunya, jangan banyak tanya”
Sunghoon tersenyum hangat, isi buku tersebut adalah kumpulan potret kebersamaan mereka selama 2 tahun. tak lupa Jake juga menuliskan tanggal dan tempat dimana mereka berkencan selama menjalin hubungan. Sangat konyol pikir Sunghoon, bagaimana mungkin mantannya sendiri memberinya hadiah seperti ini di saat ulang tahunnya.
Sunghoon memegang tangan Jake setelah membuka lembaran terakhir buku tersebut
“Jake percaya padaku, aku akan menunggumu disini, tolong jaga dirimu baik-baik” Sunghoon menatap Jake lekat
Jake tersenyum, “Jangan tunggu aku hoon, itu keputusan bodoh kalaupun aku kembali mari kita ulang dari awal tapi tidak sekarang hoon” matanya telah turun beberapa bulir air mata
“No Jake please, I love you jake, I still love you” Sunghoon memeluk Jake erat, isakan makin terdengar seiring pelukan Sunghoon yang mengerat
“I do hoon, I do but before this, cause now I loved you maafkan aku” Jake membalas pelan pelukan Sunghoon.
END