userberrygood

“Jadi apa rencana lo” ucap Kenziel yang sedang santai menyantap mie ayam yang baru dibelinya

“Gini, lo pernah denger soal bfrent ga? Nah setau gue bfrent tuh lo bisa custom pacar gitu” Kenziel tersedak sehabis mendengar saran kawannya itu lalu segera meneguk es teh punya Juer

“Lo serius mau nawarin ini anak nyewa bf?” Juer mengangkat satu alisnya

“ANJIR ES TEH GUE NAPA LO MINUM???”

“Maaff reflek aja gue, jadi.... ini lo rekomenin gue buat coba bfrent?”

Sevian mengangguk lucu, “Kali aja gitu kan, lo masih mau sayang-sayangan sama R-”

“SYUTT SYUTT oke gue paham maksud lo gimana tapi...” Kenziel menghela nafas “Tapi emangnya bakal berhasil?”

“Kata gue sih berhasil, soalnya love languange lo physical touchscreen pftt” ucap Juer

bugh

“Salah love languange gue physical attack sebenerernya, iya kan Sevian sayang” ucap Kenziel sembari mengelus punggung Juer yang habis dipukulnya itu.

“Cuy ada Rayhan” Sevian berkata sambil melirik pintu kantin

“Ya terus apa urusannya sama gue” Kenziel mengendikkan bahu

“Ada kayaknya, dia ngarah kesini” ucap Juer

“ANJIRRR, yaudah gue ke ka-”

“Kak Ziel” Rayhan menghampiri meja Kenziel

“Mau apa lo kesini, kan udah gue bilang kita tuh udahan jadi stop ngikutin gue lagi ngerti?!”

“Err.... Tapi kak, gue cuma mau kasih struk pesenan Zuppa Soup mama lo...”

ANJINGGGG MALU-MALUIN LO KENZIEL – batinnya

“Pfttt-” terdengar suara tahan tawa dari kedua temannya yang sedang pura-pura tak melihat adegan drama kantin itu

“O-oh.... oke makasih ya bilangin bunda lo” Kenziel tersenyum canggung, MALU COYY !!!

“Terus satu lagi gausah panggil gue pake embel-embel kak lagi.”

“Tapi kan nanti ga sopan, apa gapapa?”

“Gapapa kok gue, makasih ya struknya gue mau ke kamar mandi dulu” dengan segera Kenziel berlari menuju ke kamar mandi, TENTU SAJA UNTUK MENGHILANGKAN RASA MALUNYA bukan karena kebelet.

“Bisa gak lo tuh gausah malu-maluin kalo ketemu Rayhan”

“Hhhh ngeselin banget loo Rayhan Aryasatyaa!!!” Kenziel menghentak-hentakkan kakinya persis seperti anak kecil yang sedang merajuk

drttt drttt

“Halo kak Wira... Iya... Loh, gak dijemput?.... Oke siap! Terima kasih kakak sayang!”

#Datang


“Nah anaknya udah dateng, ayo ikut gue sekarang”

Sena menarik lengan Azriel untuk kembali ke gerbang depan sekolah, “Kak, kita mau kemana?” Azriel menghentikan langkahnya.

“Oh iya astaga, lo tunggu disini dulu gue mau ambil uang” saat Sena hendak pergi Azriel mencengkeram pundaknya

“Kak tenangin diri lo dulu, gue udah disini okay. Gini, pegang es gue satunya buat lo aja” Azriel menatap sejuk Sena

“Lo mau ngapain?”

“Ambil dompet, udah kakak disini aja duduk sambil minum es degannya biar gue yang ambil, itung-itung istirahat buat kakak” ucapnya sambil tersenyum.

Sena terduduk di kursi depan pos satpam dan termenung, ia mencoba memegang dadanya. Berisik sekali, suara degupan jantung antara sedang kelelahan atau sedang salah tingkah karena perlakuan Azriel tadi.


“Udah? kurang apa lagi?”

Saat ini Sena dan Azriel sedang berada di salah satu toko bangunan yang terangkap dengan toko furniture setelah menaiki bis kota. Sena menunduk malu, pipinya memanas dan hey ayolah mereka berdua seperti pasusu y-

plak

“Kak sen, gapapa?” Azriel menatap Sena yang sedang memegangi pipi dengan kedua tangannya

Sena menggeleng, “Huhh gue gapapa, ayo ke kasir ini udah semua kok”

Mengesampingkan masalah pribadinya yang acak-adul hari ini Sena harus tetap bisa menunjukkan sisi profesionalnya.

Walaupun yang bikin acak-adul ada di hadepan gue sekarang – Sena

Bugh

Satu bantal melayang menghantam tubuh riki yang sedang menghadap tembok, siapa lagi kalo bukan sunoo yang melempar lantaran kesal dengan kekasihnya tersebut

“Kok dipukul beneran?” Riki menoleh dan berbisik kepada yang di seberang kasurnya

“Ya kamu ngeselin, siniin lagi bantalku”

“Gamau, ambil sendiri sini”

Sunoo menggeram pelan, “Nishimura riki balikin bantalku”

“Gamau” Riki memeluk bantal Sunoo lalu membalikkan badannya

“Hhhh yang bener aja sih kamu” Sunoo dengan pelan menuruni kasurnya dan menuju ke kasur Riki

“Balikin” ucap Sunoo dengan berbisik

Riki menggelengkan kepalanya lalu mengadahkan tangannya

“Sini dulu, mau kelon”

“Katanya udah besar kok mau minta kelon?” Sunoo tertawa kecil

“Yaudah kalo gamau nih ambil lagi bantalnya”

Sunoo menangkap bantal yang dilempar Riki lalu ikut tidur di sebelah Riki yang sedang menghadap tembok

“Utututu bayi gedenya ngambek hihihi, udah aku disini aja mau kelonin bayi gedenya aku” Sunoo memposisikan bantalnya lalu memeluk Riki yang badannya bisa dibilang jauh lebih besar darinya

Diam-diam Riki juga tersenyum karena perlakuan kakaknya ini

'Misi sukses' – batinnya.

#Bandara


Jake segera menghentikan taksi saat mendapat pesan dari Jay. Ia dengan terburu-buru untuk pergi dari rumahnya menuju ke bandara

“Pak, kalo bisa ngebut dikit ya” ucap Jake

Jake sebenarnya masih sangat shock ketika diberitahu Jay tentang Sunghoon yang ingin pindah ke USA secara tiba-tiba, perasaan marah, kecewa, dan sedih menjadi satu namun ada satu rasa yang ia sangat ingin ia sampaikan— tentang rasa sukanya kepada Sunghoon yang tidak bisa ia bendung lagi selama ini. Ia bertekad akan mengutarakannya saat itu juga.

Jake segera mencari pintu keberangkatan Sunghoon, ia melihat ada Jay disana sendirian

“Jay Jay dimana Sunghoon?” dengan nafas yang tak beraturan Jake datang dengan hampir menabrak badan Jay jika ia tidak menghentikannya.

“Woi woi tenang dulu oke? Sunghoon udah mau naik pesawatnya tadi” ucap Jay sambil mengindarkan pandangannya ke sudut kaca bandara tempat para penumpang akan berangkat

“Itu Sunghoon” tunjuk Jay, Jake tampak menoleh mengikuti arah jari Jay

Tampak Sunghoon dengan raut muka sedih dan cemas memegang paspor dan kopernya, ia hendak masuk ke pesawat namun ingin menunggu sesuatu (atau mungkin seseorang?).

Jake berlari kecil menuju ke arah yang ditunjuk Jay, wajah Sunghoon terlihat menyunggingkan senyuman manis dan Jake- tak terasa air matanya mulai keluar, ia tak menginginkan hal ini terjadi.

“Lo kenapa ga kasih tau gue Sunghoon, lo kenapa bodoh banget sih” Jake dengan mengelap air matanya mencoba berbicara dengan Sunghoon yang telah tepisah di seberang kaca

“Maaf, gue sengaja ga kasih tau lo biar lo ga kepikiran, gue takut ga bisa ninggalin lo Jake” Sunghoon tersenyum getir

“Lo kenapa senyum aneh, lo tuh hiks mau pergi ninggalin gue Sunghoon” ucap Jake terisak

“Hei Jake, jangan nangis dengerin gue, gue bakal balik gue janji, makasih udah mau nemenin gue selama ini, makasih udah mau jadi temen baik gue” ucapan Sunghoon membuat Jake semakin terisak, Jay datang untuk menenangkanya.

Jake tidak dapat mengungkapkan kata yang ingin diucapkannya, semuanya hilang begitu saja ketika ia melihat senyuman Sunghoon yang membuatnya terasa sakit.

“Penumpang dengan nomor penerbangan GT-2020 harap segera menuju ke pesawat karena pesawat akan berangkat terbang dalam 10 menit—”

“Jake, gue ga bakal lupain lo, lo masih chat gue juga kalo perlu, Jay jaga Jake selama gue pergi ya, gue pergi dulu sampai ketemu lain waktu” Sunghoon dengan senyuman pait meninggalkan Jay yang masih menenangkan Jake disana, setelah bayangan Sunghoon pergi Jake berdiri,

“Gue bodoh banget ya Jay, ga bisa jujur sama perasaan gue selama ini, pada akhirnya gue sakit sendiri sekarang” ucapnya sambil mengelap air mata

“Masih ada jalan lain, lo chat Sunghoon, bilang tentang perasaan lo, gue yakin pasti lo dapet jawaban yang memuaskan” Jay menepuk pundak Jake.

#Pantai


Sore itu langit terlihat cerah, Jake yang telah sampai di pantai langsung menghampiri Sunghoon yang duduk menekuk lutut sambil mengamati serius ombak yang menyapu kakinya saat itu.

Jake mengamati teman dekatnya yang terduduk diam diatas pasir pantai yang putih, ah- ia lalu tersadar sudah berapa lama ya ia jatuh pada sosok ini, cara Sunghoon berbicara, cara Sunghoon tertawa, dan yang paling indah adalah ketika Sunghoon menari elok diatas lapisan es di ice rink yang faktanya sangat memikat mata dan juga hati Jake selama beberapa tahun terakhir. Ya Sunghoon merupakan salah satu atlit ice skating yang terkenal, sementara Jake mempunyai toko roti yang lumayan laris warisan keluarganya.

Sunghoon menoleh dan mendapati Jake yang masih berdiri mematung disana.

“Ngapain lo disana, sini duduk” ia menepuk tempat kosong disebelahnya.

“Eh ngga kok, gue cuma kepikiran sesuatu haha”

Jake lalu duduk tepat disebelah Sunghoon, ini hal yang biasa dilakukan oleh dua anak adam di pinggir pantai saat musim panas sambil mengamati deburan ombak yang menyapu pasir pantai.

“Apa yang lo suka dari pantai?” Sunghoon bertanya

“Tiba-tiba?” Jake menoleh dan Sunghoon hanya mengendikkan bahunya

“Ya gue kepikiran aja, udah 14 tahun kita tiap musim panas selalu nyempetin kesini dan anehnya kita ga pernah bosen.” Sunghoon tersenyum memperlihatkan dimple mungilnya.

Jake menghembuskan nafas lalu tersenyum simpul “Suara ombak dan angin disini enak, gue merasa tenang kalo disini rasanya spesial banget”

'Apalagi gue kesini selalu sama lo Sunghoon, lo yang spesial bagi gue' – Lanjutnya dalam hati

Sunghoon menjentikkan jarinya “Gue setuju banget, suasana di pantai ini tenang banget, mungkin karena emang ga banyak pengunjung disini kali ya, terus langit yang biru selaras sama warna pantai bikin gue nyaman banget disini”

“Bukannya kalo lo di ice rink juga ngerasain hal yang sama?” tanya Jake

Sunghoon menggelengkan kepala “Satu hal yang ga bisa gue dapetin di ice rink. Kehangatan- gue harus bisa lawan rasa dingin gue kalo lagi perform diatasnya, kalo disini beda, nyaman, tenang, dan hangat jadi satu”

Ah Jake paham sekarang mengapa Sunghoon sangat menantikan musim panas dan mengajaknya sekedar duduk santai di pinggir pantai seperti ini.

Kalo boleh jujur rasanya Jake ingin berbicara tentang perasaanya, namun ia tak ingin menghancurkan pertemanan mereka selama ini, dan juga biarlah musim panas dan pantai yang akan jadi bukti tentang perasaannya. (Hei ayolah Jake kamu belum coba dan kamu juga belum tau jawaban Sunghoon kan?)

Sunghoon tersenyum saat melihat dua anak yang berlari mengejar bola,

“Mirip lo dulu hahaha” tunjuknya

Jake mencebik “Ish mana ada mirip”

“Mirip loh, inget ga dulu kita pertama kali ketemu disini lo juga main bola. Terus bola lo kebawa ombak lo nangis te-”

“IHH SUNGHOON JANGAN DICERITAIN GUE MALU BANGET WAKTU ITU!!!” Jake mencipratkan air laut untuk membuat Sunghoon diam

Oknum yang mengusilinya hanya tertawa lalu beranjak dari duduknya.

“Gue harap kita bisa begini lebih lama, ya ga sih Jake?” Sunghoon menoleh kearah Jake

“Huh? maksudnya?”

'Please wait me a little longer' – Batin Sunghoon

Sunghoon menggelengkan kepala dan tersenyum jail,

“Lo curang ah bikin gue basah lo sendiri masih kering” Sunghoon mencipratkan air kepada Jake lalu berlari meninggalkanna, yang dijaili juga tak tinggal diam, ia ikut berlari mengejar Sunghoon.

Musim panas, dimana matahari bersinar terik menerangi bulir-bulir pasir pantai dan juga deburan ombak dengan angin yang berhembus pelan ini menjadi saksi bisu kisah dua insan yang tidak mampu untuk menyatakan perasaannya selama ini, entah hal apa yang akan terjadi di musim panas kedepannya.

#RAPAT


“Iel gue tadi konsul ke Bu Heti, kata beliau kita bisa pake barang-barang bekas yang ada di gudang buat properti photoboothnya, terus buat cat dan lain-lain gue tadi udah ngecek tapi ada yang kurang, nanti kita keluar beli oke?” ucap Sena berbisik kepada Azriel yang baru mendudukan diri di kursi ruang osis ini, Azriel mengangguk sebagai jawaban dan lanjut melihat rapatnya.

“Ketua divisi photobooth silahkan menyampaikan hasil perkembangannya”

Sena berdiri dari kursinya dan mulai menerangkan hal-hal yang sudah ia lakukan dan proses untuk membuat photobooth pada festival sekolah tahun ini, “Selamat siang, saya Sena ketua divisi photobooth akan menyampaikan perkembangan dan hasil dari divisi saya. Saya kemarin sudah mencari tema dan suasana yang cocok untuk konsep tahun ini, dan saya juga sudah konsul ke beberapa guru bagaimana kedepannya nanti. Untuk bahan dekorasi dan properti yang akan kita gunakan...”

Azriel mencatat hal-hal penting yang disampaikan Sena, tak lupa juga ia memberi sedikit instruksi untuk menyampaikan ide yang mengalir di otaknya.


Rapat telah selesai, tetapi Sena masih mengadakan rapat kecil untuk bagiannya membahas hal yang akan dilakukan nanti.

“Nanti gue mau beli bahan yang kurang pulang sekolah, kalian kalo ada waktu lebih habis pulang sekolah kumpul aja disini kita mulai buat bikin photoboothnya”

“Kak ini saya dapet kabar dari vendornya kalo mereka cuma bisa tiga setengah jam, kita tambahin lagi atau tetep minta yang lama?”

“Waduh.. em gini-gini lo tanyain dulu aja apa ga bisa nambah jam sedikittt jadi 4 jam doang loh, terus... disini ada yang punya kenalan tukang foto ga? atau kalian punya kamera sendiri? bisa bilang ke gue biar nanti gue kasih solusi”

“Siap kak sena”

“Anak design jangan lupa bikin gambaran kasar yang udah gue bilang tadi, terus anak perekap coba catetin apa aja yang kurang, dan lo Azriel” Sena menunjuk Azriel yang duduk di paling belakang kursi dari seluruh anak osis yang lain.

“Ya kak saya?” Ia menunjuk dirinya sendiri

“Lo ikut gue konsul ke guru-guru mulai besok, jadi gue ga mau denger ada kata bolos atau ga masuk tanpa kejelasan dari lo, ngerti ya?” ucap Sena dengan tegas, Azriel tentu sedikit ketakutan sebab ia tidak pernah melihat sisi Sena yang ini, siapa sangka Kak Sena yang selama ini memperlihatkan sisi ceria dan cerahnya punya sisi yang menyeramkan saat ia menjadi serius.


“Woi Iel lo gapapa?” tanya Juen, sekarang mereka sedang berjalan kembali ke kelas setelah rapat selesai

“Juen, besok gue ga mau telat lagi..” ucapnya, disampingnya Juen tertawa akibat ulah sahabatnya satu ini

“Gue tau lo kaget liat kak Sena bisa begitu. Gue juga awalnya kaget tapi itu namanya profesional, dari dulu kak Sena emang terkenal sama itu makannya banyak proker sekte bidangnya yang sukses dipegang sama dia”

“Tapi beneran, gue merinding banget... kayak bukan kak Sena yang ngomong kalo begitu”

“Yailah santai, kak Sena ga bakal marahin anak buahnya, paling cuma dikasih ultimatum? wkwkwk”

“Ga usah nakutin lo jelek, dahlah gue mau ke kelas” Azriel mempercepat langkahnya mendahului Juen

“Hehh tungguin guee.”

#KAGUM


“Hahh... akhirnya selesai” Sena berjalan dengan santai setelah mendapat solusi dan keringanan atas tugasnya sebagai ketua pelaksana divisi photobooth tahun ini.

Bel istirahat sudah berbunyi sedari tadi namun Sena masih sibuk untuk melanjutkan tugasnya mengecek persiapan dan perlengkapan yang digunakan untuk membuat photobooth.

Setelah mendapat chat dari Kafka, ia berjalan santai menuju ke ruang OSIS yang terletak di ujung koridor lantai 2, saat melewati ruang musik ia mendengar suara tabuhan drum.

Loh, itu Azriel? keren banget bisa main drum – ucapnya sambil mengintip ke jendela ruang musik, ia terpaku beberapa saat dan terpesona akan keahlian adik kelasnya tersebut.

Drttt drtt

Ponselnya bergetar dan membuyarkan acara mengintip Azriel tadi, ia langsung berlari sambil membawa berkas hasil konsulnya tadi menuju ke ruang OSIS.

Di sisi lain ada anak yang menyadari ketika rambut pink itu terlihat melewati jendela ruang musik tadi.

#GUDANG


Sena menyusuri gudang sekolah yang sedikit sempit itu, mencari dimana letak cat yang digunakan oleh OSIS setahun yang lalu untuk membuat photobooth.

“Dimana ya, gue inget masih ada sisa dua kaleng cat kemarin tuh terus gue suruh simpen di gudang” Sena masih berusaha mencari di sekeliling gudang namun masih belum terlihat benda yang dicari.

“Kak Sen, cari apa?” Sena kaget dan kepalanya sempat membentur bangku saat suara tersebut masuk ke telinganya

“Aduh..”

Eh kak Sen gue minta maaf, gue ga maksud kagetin lo” orang tersebut membantu Sena yang tadi sempat terduduk karena terantuk bangku

Sena memegangi kepalanya, “Iel? lo ngapain disini, pake ngagetin gue segala” ia melihat Iel dengan baju yang sedikit basah dan juga tas yang masih bertengger di bahunya.

Maaf, gue tadi abis bersihin kamar mandi liat gudang kebuka gue kira ada siapa ternyata lo, kepala lo gapapa?” Azriel memasang muka memelas dan bersalah melihat Sena

“Gue gapapa kok, lo kenapa ga balik ke kelas udah balik aja sana”

Beneran gapapa? Itu... jidat lo keliatan benjol kak

“YANG BENER LO? ihh masa benjol sih” Sena meraba jidatnya dan merasakan benjol yang ada di pelipisnya, mulutnya mulai melengkung ke bawah

“Keliatan banget ya benjolnya?” tanyanya

Azriel mengangguk, “Lumayan kelihatan, makannya ayo ke UKS biar gue obatin” ia langsung menarik tangan Sena meninggalkan gudang dan menuju UKS untuk mengobati jidat Sena.

#TELAT


Jam menunjukkan pukul 7.20 dimana artinya Azriel hanya punya waktu 10 menit untuk sampai ke sekolahnya.

Mampus, mampus, mampus gue – gumamnya sambil berjalan tergesa setelah turun dari halte dekat sekolahnya.

Terlihat gerbang yang sudah ditutup dengan beberapa murid yang berdiri disana, tentu saja juga ada Kakak OSIS yang berjaga untuk mencatat siswa yang terlambat hari ini.

Azriel menghentikan langkahnya, “Waduh kak Kafka yang jaga, praying circle gue ga diapa-apain” ia melanjutkan kakinya menuju depan gerbang sekolahnya.

“Kenapa telat, udah SMA kok masih telat aja”

“Jam berapa ini kok kamu baru dateng? Ga liat jadwal?”

Cercaan berbagai pertanyaan serta omongan yang sedikit pedas diberikan oleh siwa dan siswi yang terlambat. Tenang ini hanya bagian formalitas Komdis di SMA Belift, diluar itu semua para OSIS hanyalah siswa biasa yang bersekolah disini.

“Nama, kelas dan alasan kenapa telat?” tanya cowok yang lebih pendek dari Azriel

“Azriel Rigel kelas XI IPA 3, alasannya kesiangan kak...” balasnya dengan nada sedikit lesu

“Udah gede kok kesiangan, mana disiplinnya?” cowok itu berlalu setelah mencatat nama Azriel di buku pelanggaran.

Buset gue baru telat sekali ini kak – ucap Azriel dalam hati

“Kafka lo suruh anak yang kelas 10 bersihin lorong, biar yang lain gue suruh bersihin kamar mandi”

“Oke jak, yok yang kelas 10 ikut kakak dulu kita bersih-bersih~”

“Yang lain, ikut gue kalian bersihin kamar mandi lantai 1, ga boleh ada yang balik ke kelas sebelum selesai semua”

“Jak yang lain kek”

“Males banget si Jaka kasih hukumannya gitu dah”

“Jak nego lah nego”

“Gak, ga ada nego-negoan, cepet kerjain”

Setelah menerima hukuman Azriel mulai membersihkan bilik kamar mandi yang menjadi bagiannya, apa Azriel merasa tenang oh tentu tidak, pasti ia akan kesusahan saat minta mengikuti ulangan susulan ke Pak Bandi.

#I LOVE(D) YOU


Suara percikan yang terdengar dari perapian membelah heningnya malam yang dingin ini. Sunghoon dengan khidmat menikmati hangatnya cokelat panas di tangannya, ia menyesap perlahan minuman itu untuk menghangatkan tubuhnya.

Salju yang turun dengan sangat hebat diluar membuat dinginnya hari ini teramat terasa. Waktu menunjukkan pukul 11 malam tepat- 1 jam lagi sebelum pergantian hari. Sebenarnya Sunghoon sendiri sedang menunggu seseorang datang seperti tahun-tahun sebelumnya. Ya, di tanggal 8 tepatnya esok hari Sunghoon akan genap berusia 20 tahun.

Apa dia sudah lupa? – gumamnya dalam hati.

Dia mengambil ponselnya yang berada di atas meja dekat perapian, menekan nomor seseorang yang amat dikenalnya itu.

Panggilan pertama tidak dijawab, begitu pula panggilan kedua dan ketiga.

Kemana dia, apa dia benar-benar lupa?” Sunghoon mendengus kesal, ia lalu mengambil mantel dan syal lalu memutuskan untuk menuju ke rumah tetangganya.

Kepingan salju yang deras turun menghujani sosok pria berambut silver blonde tersebut, dengan tubuh yang sedikit kedinginan ia berjalan sedikit mempercepat langkahnya menuju ke rumah bernomor 05 tersebut.

Huh?” Sunghoon berhenti mematung saat mengintip sedikit ke jendela rumah itu, tangannya yang sudah siap mengetuk pintu ia masukkan lagi ke dalam kantong mantelnya.

Saat tubuhnya sudah berbalik dan akan meninggalkan rumah tersebut pintu tiba-tiba terbuka, seorang pria berambut hitam tampak dengan mantelnya yang bewarna hitam juga tak lupa topi beanienya yang berwarna mencolok hinggap dikepalanya.

“Oh halo kak Sunghoon! Kak Jake ada kak Sunghoon disini~” ucap Sunoo sedikit berteriak ke dalam rumah, Sunghoon sedikit kelabakan dengan perlakuan Sunoo.

“Kakak masuklah aku pulang duluan karena sudah larut oke? Have fun kak hoon!” Sunoo berlari kecil ditengah salju menuju kediamannya yang berada di seberang.

Pundak Sunghoon ditepuk pelan, ia terperanjat lalu menoleh, itu tuan rumah- Jake orang yang Sunghoon tunggu sedari tadi, lalu Sunghoon teringat akan beberapa hari yang lalu saat mereka memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.

“Mengapa kau diam saja disana, ayo masuk udara sangat dingin diluar apa kau tidak kedinginan?” cerocos Jake yang diberi anggukan oleh Sunghoon.

Disinilah sekarang Sunghoon, di rumah dengan nuansa warna beige membuat nuansa tenang juga perapian yang menyala membuatnya terasa hangat.

Ah, rasanya masih sama seperti di tahun lalu – ucapnya dalam hati.

“Apa kau bodoh? Ini hampir tengah malam mengapa kau nekat untuk keluar disaat seperti ini?” Jake kembali dengan membawa minuman jahe dan beberapa kue kecil

A-ah itu aku hanya... aku hanya berjalan-jalan malam saja” Sunghoon menggaruk rambutnya tak gatal.

Jake menatapnya intens, ia mengangkat alisnya “Orang waras mana yang akan memberikan alasan seperti itu”

Sunghoon menghela nafas berat, ia kalah telak.

Ingin ku jawab dengan jawaban jujur atau bohong?” ujarnya

“Tentu saja jawaban jujur, aku tidak suka dibohongi!” Jake mengerucutkan bibirnya gemas

Hahaha sebenarnya aku sedikit kesepian dirumah, karena itu aku datang berkunjung. Aku sudah meneleponmu tapi tidak ada jawaban” bohong- itu semua bohong, Sunghoon tidak datang karena kesepian, tapi karena ia ingin Jake menjadi orang yang pertama mengucapkannya ulang tahun sama seperti tahun lalu.

“Apa dirumahmu tidak ada orang?” Jake mengambil selimut tipisnya lalu memakaikan selimut itu ke dirinya

Imut – pikir Sunghoon.

Sunghoon menggeleng lalu tersenyum “Papa, mama, dan Yeji sedang pergi selama tiga hari, dan tugasku sekarang menjaga rumah

“Kasihan sekali, kau seperti anak anjing yang hilang tadi hahaha” Jake menyesap pelan kopi panasnya.

Sunghoon mengambil satu kue berbentuk manusia jahe- kue khas natal yang telah Jake siapkan

Sepertinya kau membuat persiapan natal tahun ini lebih cepat” Sunghoon melihat sekeliling ruang keluarga yang kecil, sudah penuh sengan pernak-pernik khas natal yang menggatung.

Jake mengangguk “Ya benar, aku tidak akan menghabiskan natal disini tahun ini. 3 hari lagi aku akan kembali ke Brisbane dan menghabiskan natal disana”

“Aku membuat kue dan hiasan ini karena salju mulai turun, aku pikir aku harus merayakan natal juga dengan orang-orang disini walau sedikit terlalu cepat” ucap Jake sambil mengamati kuenya sebelum ia makan.

Sunghoon terdiam, banyak sekali pertanyaan yang ingin ia lontarkan namun anehnya mulutnya seakan-akan terkunci untuk tidak bicara.

Apa ini karena aku?

Akankah ia kembali setelah natal selesai?

Apa yang harus kulakukan?

begitulah kira-kira segelintir pertanyaan yang menghinggapi pikiran Sunghoon.

Hening– hanya suara detik jam dan pembakaran api membelah ruangan yang dihuni 2 manusia adam tersebut.

Tiing

“Ah, muffinnya sudah jadi!” Jake berlari pelan menuju ke dapur meninggalkan Sunghoon sendiri disana.

Sunghoon masih bergelut dengan pikirannya, kalo boleh jujur ia masih sangat mencintai Jake namun karena beberapa hal mereka mau tidak mau harus berpisah, menyelesaikan semuanya sendiri dan kembali seperti semula.

Jake kembali dengan dua buah muffin yang masih sedikit berasap, bau muffin bluberry yang manis menguar ke seluruh ruangan.

Apa kau jadi melanjutkan studymu di Brisbane?” Sunghoon berhasil mengeluarkan satu pertanyaan mewakili seluruh isi kepalanya.

Jake terdiam, lalu duduk di sofa nyaman di depan perapian.

“Seperti yang sudah aku katakan tempo hari Sunghoon, aku akan melanjutkan studyku dengan kembali ke Brisbane, dan ya mungkin aku akan meninggalkan Korea untuk beberapa tahun” ucapnya lembut disertai senyuman di akhir, senyuman yang terasa sedih dan perih bagi Sunghoon yang menatapnya.

Sudah banyak musim berlalu, juga berapa kenangan yang sudah Sunghoon buat bersama Jake, 2 tahun bukanlah waktu yang singkat, namun pada akhirnya takdir mengatakan salah satu dari mereka harus pergi jauh.

Dan Jake, ia tidak ingin membawa hubungan ini dengan jarak jauh karena itu akan memberatkan baginya dan Sunghoon. Ia yang menyelesaikan semua dengan cara putus sebelum ia kembali ke Brisbane.

Dong... dong... dong...

Jam besar milik Jake berbunyi, menandakan sudah tepat tengah malam.

Jake mengeluarkan sebuah benda dari laci lemari dekat perapian, kotak berukuran sedang dengan pita diatasnya- kotak khas hadiah ulang tahun.

“Selamat ulang tahun Park, be happy always walau aku nantinya sudah tidak berada di sekelilingmu” Jake memberikan kotak itu kepada Sunghoon.

Sunghoon menerima kotak itu dengan senyuman, sama seperti senyuman Jake sebelumnya tak ada senyuman tulus dan bahagia, namun malah senyuman pahit yang tersirat di wajah Sunghoon.

Terima kasih banyak, aku kira kau sudah lupa

“Mana mungkin aku sudah lupa, kau lupa kita sudah kenal berapa tahun” goda Jake sambil memukul pelan pundah Sunghoon

“Cepat buka!! apa kau tidak penasaran dengan isinya?” – hey siapa yang berulang tahun disini, kenapa Jake sangat bersemangat sekali??

Sunghoon membuka perlahan kotak tersebut, nampak sebuah buku- buku catatan? buku harian? yang sepertinya Jake buat sendiri khusus untuknya.

Apa ini huh? buku harian?” Sunghoon menoleh kearah Jake

“Aish, coba baca saja bukunya, jangan banyak tanya”

Sunghoon tersenyum hangat, isi buku tersebut adalah kumpulan potret kebersamaan mereka selama 2 tahun. tak lupa Jake juga menuliskan tanggal dan tempat dimana mereka berkencan selama menjalin hubungan. Sangat konyol pikir Sunghoon, bagaimana mungkin mantannya sendiri memberinya hadiah seperti ini di saat ulang tahunnya.

Sunghoon memegang tangan Jake setelah membuka lembaran terakhir buku tersebut

Jake percaya padaku, aku akan menunggumu disini, tolong jaga dirimu baik-baik” Sunghoon menatap Jake lekat

Jake tersenyum, “Jangan tunggu aku hoon, itu keputusan bodoh kalaupun aku kembali mari kita ulang dari awal tapi tidak sekarang hoon” matanya telah turun beberapa bulir air mata

No Jake please, I love you jake, I still love you” Sunghoon memeluk Jake erat, isakan makin terdengar seiring pelukan Sunghoon yang mengerat

“I do hoon, I do but before this, cause now I loved you maafkan aku” Jake membalas pelan pelukan Sunghoon.

END